Senin, 15 September 2014

Bapak Dalam Kenangan Indahku

Bapak meninggal pada 7 september 2014, jam 7.15 WIB di rumah Sakit Baptis Batu, didampingi olehku dan mas Hary. Hanya setengah hari semalam di rumah sakit.


ini foto bapak di ijazah Sekolah Guru B, ganteng dan kuning langsat


foto bapak sewaktu masih berdinas di lingkungan DepDikBud

Bapak meninggal dan aku tak menyangka secepat ini, walau sebenarnya aku sudah pernah punya firasat, tapi aku lebih suka mengabaikan firasat seperti itu, karena aku lebih suka berpositif feeling.


foto bapak dan ibuk jadi jurkam Golkar th 1997, kampanye terakhir sebelum reformasi

Jujur dua minggu yang lalu saat aku ke Ngantang untuk mengantar bapak medical check up ke RS Baptis Batu, aku sudah merasa bahwa dalam jangka waktu sebulan ada 'peristiwa' di rumah kulon (rumah ibu di Ngantang), dan aku sudah merasa bahwa bapak yang akan dipanggil duluan.  Tapi aku mengabaikan perasaan ini , mungkin karena aku terlalu sayang sama bapak.

Setelah Kamis (dua minggu 3 hari sebelum bapak meninggal) bapak chek up di Batu, bapak menginap di rumahku di Pakis hingga hari Minggu, karena bapak hendak menghadiri pertemuan alumni SGB di rumah salah seorang temannya di jl Sulfat Malang.

Itulah terakhir kali bapak nginap di rumahku, dan selama di rumahku bapak terlihat amat bahagia melihat usaha anaknya berkembang.  Bila pagi, karyawan yang datang salim sama aku dan  bapak, begitupun saat mereka pulang di sore harinya.  Wajah bapak terlihat sumringah menatap karyawanku yang manis dan sopan-sopan.

Sabtu tgl 6 pagi-pagi, adikku Ida menelepon dan mengatakan kalau bapak perlu di bawa ke rumah sakit.  Bergegas aku pulang ke Ngantang bersama mas Hary.  Di Ngantang, bapak berbaring lemas, kata adikku tadi pagi bapak merasa dadanya nyeri. Mas Hary langsung membopong bapak ke dalam mobil dan bersamaku membawa bapak ke Batu. 

Di dalam mobil, bapak terlihat tenang, sama sekali tidak ada keluhan atau terlihat kesakitan, jadi kupikir bapak hanya kurang makan dan minum hingga lemas.

Jam sepuluh pagi sampai di RS dan bapak langsung ditangani, ternyata bapak kena serangan jantung dan selanjutnya bapak ditangani dr Novi spesialis jantung.  Di ruang IGD bapak mulai mengeluh dadanya panas dan aku elus-elus, kusuruh berdzikir.  Bapak bilang memang selalu berdzikir dalam sakitnya.

Dari ruang IGD bapak dipindahkan ke ruang ICU dan alhamdulillah bapak membaik setelah mendapat suntikan untuk melancarkan peredaran darah ke jantung (begitu kata dokter).  Jam 4 sampai jam 6 sore aku masih duduk di samping bapak di ruang ICU, mengobrol dan sempat tertawa-tawa karena dr Novi yang kuduga kristiani ternyata muslim dan berjilbab.

Kok di RS Kristen ada dokter muslimahnya, itu yang kami tertawakan.  Bapak terlihat bahagia ditangani dr Novi, dan sempat mengucapkan Assalamualaikum sampai 2 kali ke dr Novi yang pamit pulang setelah memeriksa bapak.

Tak kusangka itulah pertemuan terakhirku dengan bapak, jam 6 sore bapak sudah tidak boleh ditunggui lagi, kata perawat baru boleh ditunggui besok jam bezuk jam 10 pagi - jam 12 siang, tapi keluarga harus berada di depan kamar ICU bila ada sesuatu yang diperlukan.

Karena bapak membaik, malam itu aku tidur di mobil, sementara mas Hary tidur di kursi di depan ruang ICU.  Aku tidur lelap sekali, dibangunkan mas Hary pagi-pagi.  Mau menengok bapak (kami bisa mengintip pasien dari pintu ruang ICU), tapi ruangan masih dibersihkan, jadi kuputuskan untuk jalan-jalan ngeteh di warung di depan RS.


aku sempat memotret tulisan di meja warung depan RS Baptis, amat menginspirasi

Pas pulang dari ngeteh, mas Hary mendapat telepon dari perawat.  Bergegas kami masuk, disana bapak sudah dikelilingi banyak perawat memberikan pernafasan buatan.  Kata mereka nafas bapak terhenti, sementara jantungnya masih berdetak.  Beberapa waktu perawat memberikan nafas buatan, setelah itu detak jantung bapak berhenti.  Bapak telah pulang ke Allah dengan indah, diiringi derai air mataku.

Aku duduk di samping bapak berbaring di mobil ambulan jenazah, air mata tidak bisa aku tahan, terkenang kenangan indah bersama bapak.

Bapak meninggal dengan dibahagiakan Allah di sisa hidupnya, dirawat dokter muslimah yang menyenangkan hatinya, ditunggui olehku yang kata saudaraku anak kesayangan bapak, ditunggui menantu yang disayanginya, dan sepanjang perjalanan ke Ngantang didampingi olehku.  Di rumah Ngantang, disambut anak-anak bapak . mbakku dan kedua adikku yang memandikan bapak.

Kematian yang indah, insyaAllah khusnul khatimah.  Beberapa hari setelah meninggal, sewaktu aku tidur di samping ibu di rumah Ngantang, aku melihat bapak (ruh bapak) datang menghampiri ibu, mencium keningnya seolah-olah berpamitan, lalu bapak naik kuda putih diiringi beberapa orang seolah-olah pengawalnya, bapak pergi dengan cepat bersama kuda putihnya, melesat menghilang.  Aku yakin bapak sedang menuju tempat indah yang dijanjikanNya.




bapak amat menjaga kesehatan, dari obat kimia sampai herbal tersimpan disini, belum termasuk aneka produk madu dan jamu rebusan yang disimpan di kulkas.


salah satu yang aku kenang dari bapak adalah kebiasaannya tidak membuang kotak kue dan tas kresek yang masih bagus, menaruhnya di atas almari dan di atas kulkas seperti ini, untuk digunakan bila ada yang memerlukannya.


selama masa tujuh harian, baju bapak masih bergelantungan disini, di kamar belakang, karena kami semua sibuk melayani tamu , jadi belum sempat membersihkan, malah berpadu dengan tas adikku dan dasterku juga.

Misteri Shalat jumat Terakhir Bapak



Kamis, 21 Agustus 2014

Alni Ramadhan 2014





 Alni suka sekali difoto dengan kembang api dalam gelap.


pulang




cintaMu mendudukkanku disini
antara bara dan salju
hangat yang mengangkatku
padaMu
hangat yang mengangkatnya
padaMu

padaMulah segala rasa kupersembahkan

tak perlu menunggu pulang
karena aku telah pulang padaMu
saat ini


Kamis, 31 Juli 2014

Yu Harsi

Kami memanggilnya yu Harsi , orangnya cantik berkulit bersih kuning langsat. Sejak pertama jadi menantunya ibu mertuaku, aku sudah mendapati yu Harsi menjadi penjual jamu gendong dan dia menjadi salah seorang yang aku kangenin bila lama tidak mudik ke Ngawi.



Ini lebaran ke dua puluh tujuh aku menjadi menantunya ibu mertuaku dan aku masih mendapati yu Harsi jualan jamu gendong, dengan 'kostum' yang sama seperti duapuluh tujuh tahun yang lalu, kebaya dengan sewek (kain panjang) yang rapi sekali belitannya, plus gendongan batik dan beberapa botol jamu di besek besar terbuat dari bambu.

Itu adalah potret Alni dan ibu mertuaku sedang minum jamu gendongnya. Jamunya manis dan segar, makanya Alni suka banget. Sayangnya gantengku Aden Rohmana dan Insanul Firdaus dan cantikku Zelika 'Jellyy' Nurul Qomari tidak mudik ke Ngawi, padahal kami sekeluarga suka dengan jamunya.

Aku tanya berapa anaknya, dia jawab 2 dan lelaki semua, yang satu sudah 27 tahun cuma lulusan SMP katanya dan yang kedua 14 tahun dan masih SMP.

Hidup yang sederhana, tapi tidak pernah mengeluh, selalu menemui pelanggan dengan senyuman manis.

Dia senang sekali ketika aku tidak ambil kembalian yang cuma 4000 rupiah. Bagi orang seperti dia, itu jumlah 'gratisisasi"' yang banya

Kamis, 03 Juli 2014

Mobil Kontrol dan Peternakan Kutu

Lihat ini gadis kecilku Alni dengan mobil kontrol yang diidamkannya.



Tahukah bagaimana dia memperolehnya ?

Hmmm.....

Beberapa minggu terakhir Alni ketahuan punya kutu rambut, sampai menulari seluruh keluarga. Tapi Alni susah kalau di'seriti' (disisir pakai sisir kutu).

Akhirnya mas Hary punya ide, Alni mendapat 1000 rupiah untuk satu kutu, perolehan kutunya bila dijumlah bisa buat beli mainan.

Selama ini Alni pernah mendapat 20 ribu (20 kutu), 10 ribu, 30 ribu.Sampai dia bilang ;" wah, enaknya punya peternakan kutu".

Suatu hari mas Hary bilang, dia boleh memilih mainan sesukanya di mall  bila mendapat 50 kutu, dan dia berhasil mendapat 60 kutu !!! Maka dipilihnya mainan mobil kontrol yang sudah lama dia idam-idamkan. Hahaha .....

 

Setelah ini, mungkin Alni  tidak bisa mengembangkan peternakan kutu lagi, pasalnya kemarin sore, mas Hary membasmi kutu Alni dengan larutan minyak kayu putih dicampur jeruk nipis.


Minggu, 08 Juni 2014

cinta yang mendewasakan


biarkan manis ini memerciki rasa
tak perlu mengundang gulana
hanya cinta yang
mendewasakan

melepas ketergantungan raga

melayang pandang
lebur damai kasih

dan hati yang  bertaut




Jawaban dari kegelisahan



aku mencintaimu
barangkali itulah
jawaban dari kegelisahan

temani aku

ketika hadirmu
ku bingung tanpa kata

ketika kau temaniku
tak tahu rasa apa

hanya ketika kau pergi
kudekap kenangan tentangmu
menemani hari dan malamku

lalu perasaan indah
ketika kurasa
kaupun mencintaiku